Nulis nama pacar di skripsi
dengan kalimat cinta serimbun beringin, harapan setinggi langit, nggak
tahunya putus, dan skripsi tersebut telanjur abadi menghuni rak buku
kita, siapa yang pernah begini? Yang mau ngacung jangan sungkan-sungkan
ya. Tenaaang… Anda tidak sendirian.
Yang aman dari
kutukan menulis nama pacar (yang akhirnya terabadikan sebagai mantan)
juga tenang… jangan jemawa. Kasihanilah saudara kita yang menyesal tiada
ujung akibat nulis nama di skripsi dan ujung-ujungnya nama tersebut
jadi nama yang paling dia benci.
Entahlah apakah hari ini mahasiswa masih mencantumkan nama pacar di
skripsi atau tidak. Di angkatan saya dulu, nama pacar ini menjadi salah
satu hal terkeren untuk dicantumkan pada prakata skripsi. Setelah Allah,
dosen pembimbing, guru-guru, orangtua, teman, dan sahabat, nama khusus
ini justru biasanya ditulis paling panjang dan berkesan.
“Untuk Kundang, yang telah sangat membimbing dan menghayati cinta kasih di antara kami hingga skripsi ini bisa selesai.”
“Untuk Cemplon, kaulah satu-satunya tumpuan saat aku kehabisan ide
menulis skripsi. Terima kasih telah menemaniku menulis dari Isya hingga
fajar tiba. Cintaku padamu abadi.”
Pokoknya, untuk orang spesial, bahasa yang ditulis juga spesial.
Jika akhirnya si orang spesial ini beneran jadi orang spesial untuk
selamanya, atau pendek kata menikah dengan kita, ya baguslah. Membuka
prakata skripsi ini bisa kita lakukan di sore hari yang gembira, dengan
minum teh dari cangkir asmara sambil mengenang lagi zaman penulisan skripsi yang gegap gempita oleh cinta.
Eeer, tapi bagaimana kalau nggak lama setelah skripsi di-launching, jalinan asmara malah bubar?
Bila sudah demikian,
jangankan mau buka prakata, liat skripsi terjajar cantik di rak buku aja
males. Masih untung itu skripsi ngga dibakar. Dan tiap lihat sampul
skripsi, batin kita langsung nyesel.
“Apeeeuuu banget deh dulu aku nulis beginian.”
Apalagi kalau kita akhirnya menikah (dengan orang lain, tentu saja)
dan pasangan kita ini tipe yang lumayan sensitif dan cemburuan.
Sebaiknya, skripsi itu segera dikarduskan, taruh di kolong tempat tidur,
dan jangan dibangkitkan lagi demi ketenteraman rumah tangga.
Kalau pasangan kita tipe sanguin dan cuek, paling banter ya dicengin aja.
“Cieee… yang dulu kalau nulis skripsi ditemeniiin….”
Walau nggak menimbulkan perang,
Cuma rasanya kok tetap menyesal dan malu, kenapa juga dulu seheboh
itu? Sekasmaran itu? Dan bagaimanapun cueknya, tetap saja kok, pasangan
pasti akan bertanya dan berimajinasi: Dulu secinta apa? Hubungannya
sejauh mana? Dan banyak pertanyaan lain yang semuanya bermuara dari satu
nama yang terukir abadi itu.
Kata orang, yang namanya masa pacaran, rasanya memang dialah yang
terbaik untuk kita. Selalu begitu. Tapi, coba ingat, selepas keluar dari
gedung wisuda, apa saja bisa terjadi. Termasuk kemungkinan berganti
haluan dan berpindah perasaan.
Jadi, mending cari aman. Tulislah
nama yang memang benar-benar selamanya tidak akan putus hubungan dengan
kita: keluarga. Kalau masih pengin nulis kalimat dedikasi buat doi
menunjukkan rasa cinta dan terlihat keren, mungkin cara ini bisa ditiru.
Tulislah kalimat puitis untuk dia yang selama ini mengganggu tidur dan
sarapanmu, tapi jangan pernah sebutkan namanya di situ.
“Untuk belahan jiwaku, semoga skripsi ini kelak bisa kita baca berdua di suatu sore yang gembira….”
Dengan demikian, selamanya skripsi akan jadi pajangan indah di rak buku kita tanpa perlu jadi sumber petaka dalam rumah tangga.
Untuk kawan yang telanjur menulis nama #PacarTapiMantan di skripsi
atau karya ilmiah, atau bahkan buku yang pernah ditulis, ini pesan saya:
Yang sudah ya sudah. Mau menyesal kayak apa pun, itu nama udah kadung
di-print. Mau di tip-ex juga tetep ada noda kan. Btw sekarang masih musim tip-x nggak sih?
Jika skripsi berukir nama mantan ini mengganggu kebahagiaan rumah
tangga, sudahlah dikardusin saja. Toh, biasanya kita malas membuka ulang
skripsi. Kecuali yang skripsinya dijadikan buku yang dijual bebas.
Nah untuk kawan yang saat ini sedang proses mengerjakan skripsi, gimana? Yakin nih mau nulis nama pacar di situ? Yang udah-udah sih pada nyesel lho. Hwehehehe
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
EmoticonEmoticon