Juninho Pernambucano, Krayon di Depan Pagar Betis

“Kami mendapatkan tendangan bebas jauh di sayap kiri. Melihat posisinya, semua orang mengira saya akan mengirim crossing, tapi saya rasa punya peluang untuk mencetak gol dari sana. Saya membidik target dan bola bersarang di sudut atas. Victor Valdes begitu terkejut, sampai-sampai dia jatuh ke dalam gawang.”

Kalimat tersebut diucapkan Juninho mengomentari golnya ke gawang Barcelona, yang menjadi gol pembuka di leg pertama babak 16 besar Liga Champions musim 2008/2009. Saat itu, Olympique Lyonnais yang diperkuat Juninho bermain imbang 1-1 kontra Blaugrana, setelah Thierry Henry menyamakan kedudukan di babak kedua.

Antônio Augusto Ribeiro Reis Júnior nama lengkapnya, Juninho (Junior kecil) nama panggilannya. Publik sepak bola dunia kemudian mengenalnya sebagai Juninho Pernambucano, merujuk pada gelar pertama yang diraih sang pemain, saat merumput bersama Sport Club do Recife di ajang Campeonato Pernambucano tahun 1994.

Tendangan bebas dan Juninho, dua kata yang saling berkaitan, dan biasanya menghasilkan sebuah kata lain yang selalu dicari di sepak bola, yaitu gol. 75 gol dicetaknya dari tendangan bebas, di mana 44 di antaranya dibuat bersama Lyon. Menjadikan Juninho sebagai pemain tertajam dari eksekusi tendangan bebas, mengalahkan David Beckham di peringkat kedua dengan selisih 11 gol.

Sebagai eksekutor tendangan bebas, gelandang setinggi 178 sentimeter ini konon merupakan penyempurna teknik knuckle ball. Roberto Carlos sebenarnya menjadi pemain yang lebih dulu identik dengan gaya eksekusi itu, tapi Juninho membuatnya lebih indah. Tidak melulu dilakukan dengan power, tapi bisa juga lewat placing yang manis.

Tendangan bebas Juninho hampir selalu tepat sasaran, dengan bola yang meluncur deras ke arah gawang tanpa berputar. Saking akuratnya, sangat jarang kita melihat bola sepakannya membentur pagar betis. Kalau tidak melenceng tipis dari gawang, ya menjadi gol. Teknik yang kemudian diadopsi oleh Didier Drogba dan Cristiano Ronaldo.

Andrea Pirlo dalam otobiografinya, I Think Therefore I Play, juga menuliskan bahwa teknik tendangan bebasnya banyak dipengaruhi oleh gaya Juninho.
“Pencarian rahasia Juninho sudah menjadi sebuah obsesi tersendiri bagi saya. Kuncinya ternyata bagaimana dia menendang bola, bukan di bagian mana. Hanya tiga tiga jari kakinya yang melakukan kontak dengan bola, bukan semua bagian kakinya,” tulis sang maestro dari Italia itu.

Anomali yang menjadi karya seni

Jika kita hanya membicarakan tendangan bebas Juninho semata, maka kita sedang berbicara tentang karya seni. Namun jika kita membahas Juninho sebagai pesepak bola dari Brasil, maka sesungguhnya ia adalah anomali.

Juninho merupakan pemain dari tim nasional yang mengusung slogan Jogo Bonito alias permainan indah. Operan dari kaki ke kaki yang dikombinasikan dengan teknik tinggi dan dribel menawan menjadi ciri khas tim Samba. Hal mana yang tidak dimiliki Juninho, tapi justru bisa membawa namanya menjadi legenda.

Debutnya di timnas dilakukan pada tahun 1999 di laga persahabatan kontra Jepang, yang dilanjutkan pada kualifikasi Piala Dunia 2002. Juninho selanjutnya menjadi bagian dari skuat Brasil di Copa América 2001, tapi tersisih di perempat-final dari tangan Honduras. Setelah itu, jasanya nyaris tidak terpakai lagi di timnas.

Nyaris, karena Juninho tidak terpanggil ke skuat yang menjuarai Piala Dunia 2002, dan tidak turut serta di tim finalis Piala Emas 2003. Tidak ada tendangan bebas Juninho yang menghiasi skuat Seleção selama tiga tahun lebih, hingga akhirnya ia dipanggil lagi di Piala Dunia 2006, yang lagi-lagi hanya dilakoninya hingga perempat-final usai takluk 0-1 dari Prancis.

Meski demikian, nama Juninho sama sekali tidak buruk di mata publik sepak bola Brasil. Ia memang tidak setajam Ronaldo, tidak selincah Ronaldinho, dan tidak sedahsyat Roberto Carlos, tapi Juninho telah mencatatkan namanya dengan ciri khasnya sendiri.

Juninho, mewarnai sepak bola melalui tendangan bebasnya. Ibarat krayon, kaki Juninho senantiasa memberi warna yang indah di atas buku gambar berupa pagar betis. Tendangan bebas Juninho adalah sebuah mahakarya, yang telah diakui kualitasnya oleh banyak kiper hebat di dunia, seperti Oliver Kahn, Victor Valdes, dan Iker Casillas.

Selamat ulang tahun yang ke-43, Juninho sang maestro!

Dikutip dari Berbagai Sumber

Ketika Seorang Pencerita Jatuh Cinta

Teruntuk kamu yang sekarang sedang bersedih, ketahuilah bahwa sekarang ini juga ada seseorang yang sangat merindukan senyuman tulusmu. Kamu tidak akan pernah tau siapa seseorang itu dan kamu juga tidak akan pernah tau rupa dari seseorang itu, tapi kamu akan benar-benar tau bahwa kamu akan merasa seperti terlahir kembali, oleh sebuah pesan yang tersampaikan dari seseorang itu, karena dirimu, namamu dan segala hal tentangmu, ada di dalam tulisannya. Setiap paragraf, setiap cerita, hanya ada kamu, kamu dan kamu.

Senyumanmu, lentikan jari-jari manismu, bahkan pancaran cahaya yang terpantul indah di kedua bola matamu, tidak akan pernah luput dari setiap tulisan yang di tuangkannya. Kamu tidak akan pernah mati, kamu akan selalu abadi, karena kamu akan tetap terus hidup di dalam karya-karyanya, kamu tidak akan bisa membayangkan berapa banyak kata yang ia tulis untuk menggambarkan dirimu, ia tidak akan pernah kehabisan kata-kata ataupun inspirasi dalam menulis, karena di dalam pikiran dan hatinya selalu ada dirimu yang akan terus memberikannya ide-ide baru.

Jika di berikan satu kesempatan untuk masuk dunianya, mungkin kamu akan meneteskan air mata, karena bisa melihat karya yang ia tulis hanya bertemakan dirimu seorang, dirimu yang begitu spesial sehingga bisa masuk ke lubuk hatinya yang terdalam, dirimu yang begitu istimewa sehingga ia akan terus menerus memikirkanmu dan menjadikan dirimu sebagai tema terindah dari setiap karya yang ia tulis.