Beberapa tahun belakangan ini perusahaan rintisan atau startup tengah menjadi isu hangat di dunia bisnis.
Startup pada umumnya hadir mengisi celah kosong yang belum tergarap oleh perusahaan besar yang lebih lama beroperasi dan mapan.
Startup pada umumnya hadir mengisi celah kosong yang belum tergarap oleh perusahaan besar yang lebih lama beroperasi dan mapan.
Dalam sesi presentasi di Lingkar Kemang, sebuah forum diskusi yang
digelar oleh Bukalapak, Senior Vice President PT Elang Mahkota Teknologi
(Emtek) Laode Hartanto memaparkan bahwa startup yang bergerak sebagai content maker (penyedia/pembuat konten) saat ini memiliki peluang besar.
"Para advertiser perlu content maker. Ada opportunity di sana," ujar Laode kepada para peserta dan awak media, Selasa (25/10/2016) di Kantor Bukalapak di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
"Para advertiser perlu content maker. Ada opportunity di sana," ujar Laode kepada para peserta dan awak media, Selasa (25/10/2016) di Kantor Bukalapak di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
Mengenai jenis konten, Laode mengatakan bahwa konten lokal saat ini tengah digemari. "Advertiser sudah melek bahwa konten lokal banyak disukai," tutur Laode menegaskan.
Bahkan, ia mengetahui ada salah seorang vlogger yang mematok tarif Rp 200 jutaan untuk satu built in video yang kontennya memuat brand tertentu.
"Saya tahu ada satu orang content maker, kalau dia bikin satu built in video yang di dalamnya nyebut atau nampilin brand, dia lagi minum kopi misalnya, dia nge-charge Rp 235 juta per built in video. Dan itu ada loh brand yang mau. Kalau saya sih, pikir-pikir banget buat spend uang di sana, kecuali uang saya unlimited," kata Laode.
Karena itu, tidak mengherankan bila Laode menilai peluang bagi startup yang menyediakan konten, termasuk bagi advertiser, terbuka lebar.
Bahkan, ia mengetahui ada salah seorang vlogger yang mematok tarif Rp 200 jutaan untuk satu built in video yang kontennya memuat brand tertentu.
"Saya tahu ada satu orang content maker, kalau dia bikin satu built in video yang di dalamnya nyebut atau nampilin brand, dia lagi minum kopi misalnya, dia nge-charge Rp 235 juta per built in video. Dan itu ada loh brand yang mau. Kalau saya sih, pikir-pikir banget buat spend uang di sana, kecuali uang saya unlimited," kata Laode.
Karena itu, tidak mengherankan bila Laode menilai peluang bagi startup yang menyediakan konten, termasuk bagi advertiser, terbuka lebar.
Sumber : liputan6.com
EmoticonEmoticon