Peristiwa 11 September 2001 Dan Akibatnya Terhadap Hubungan Islam Kristen

Pada tanggal 11 September 2001 yang lalu pandangan seluruh dunia terpusat kepada peristiwa yang sangat mengejutkan, dua pesawat berpenumpang yang dibajak menabrak Menara Kembar World Trade Center di New York. Berita selanjutnya mengatakan bahwa satu pesawat lagi menghantam gedung Pentagon (gedung yang selama ini dikenal sebagai pusat pertahanan Amerika Serikat) dan satu lagi jatuh di pedesaan Pennsylvania (yang sebenarnya menuju ke Gedung Putih). Berkat kecanggihan dunia tekhnologi komunikasi sekarang ini kita semua dapat menyaksikan bagaimana pesawat satu lagi menabrak menara kedua WTC. Peristiwa ini secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi dunia. Dunia tidak akan pernah menjadi sama lagi setelah peristiwa tersebut.

  Tidak lama setelah itu, nama Osama bin Laden menjadi tekenal. Dia dan jaringan Al-Qaedanya dituduh pemerintah Amerika Serikat sebagai dalang dari semua peristiwa ini. Tanpa bukti yang jelas (baru pada tanggal 13 Desember 2001 pemerintah Amerika Serikat menyebarluaskan bukti mereka atas rekaman video yang memperlihatkan Osama bin Laden berbincang-bincang dalam jamuan makan dengan beberapa pembantunya dan seorang Syeikh Yahudi yang tak dikenal), pemerintah Amerika Serikat dengan lantang mengatakan Osama bin Laden berada di belakang semuanya dan kemudian mengultimatum pemerintah Afganistan yang selama ini melindungi Osama agar menyerahkannya dan pengikut-pengikutnya yang berlindung di sana. Akhirnya pada hari Minggu malam, tanggal 7 Oktober 2001, Amerika Serikat memulai serangannya dengan menjatuhkan bom di atas Afganistan.

Peristiwa ini telah banyak menimbulkan pro dan kontra, bahkan cenderung menjadi sentimen Muslim dan non-Muslim. Sebagian besar warga Muslim menganggap ini sebagai jihad, dan kemudian menganggap Osama bin Laden sebagai seorang pahlawan yang mampu menentang kemapanan Amerika Serikat. Di lain pihak, sentimen terhadap orang Muslim juga meningkat. Komunitas Arab-Amerika mendapat ancaman dari orang-orang yang tidak dikenal. Pandangan curiga dialamatkan kepada mereka (masyarakat Muslim). Ternyata peristiwa 11 September memiliki dampak global terhadap hubungan Islam dan non-Islam, terutama Kristen.

Selasa Hitam 11 September 2001

‘            Peristiwa yang mengejutkan dunia ini adalah sebuah “tragedi nasional bagi Amerika Serikat.” Tak kurang dari 5000 orang meninggal, dan gedung-gedung utama di Amerika Serikat runtuh. Serangan ini telah menimbulkan kepanikan, bahkan Badan Penerbangan Federal (FAA) Amerika Serikat menutup wilayah udara Amerika dan menyatakannya sebagai zona larangan terbang. Hari Jumat, 14 September 2001, Amerika Serikat mengadakan upacara Misa berkabung di Gereja Katedral Washington DC untuk memperingati dan mendoakan korban tragedi nasional 11 September 2001. Secara khusus di dalam kebaktian tersebut, Presiden Bush memberikan pidatonya dan menyampaikan rasa berdukanya. Menarik untuk dicatat bahwa setiap kali Bush menyampaikan pidatonya, Bush selalu mengakhirinya dengan “God Bless…” Bahkan dalam Misa tersebut, dalam menguatkan para keluarga korban, Bush mengambil Mazmur 23 sebagai nas penghibur dan penguat bagi mereka yang sedang berduka.

‘            Pada hari yang sama di Masjid Islamic Cultural Centre, New York, shalat Jumat di tempat itu dilengkapi dengan sakat jenazah untuk para korban. Sang imam mengajak berbelasungkawa dan mendoakan para korban WTC. “Siapa pun saya pikir tidak akan setuju dengan tindakan kejam seperti itu. Saya pikir pelakunya bukanlah muslim sejati,” kata Yunus, seorang pengurus masjid megah di New York itu kepada wartawan TEMPO.

Sehari setelah serangan tersebut Presiden Bush dengan segera menyatakan Perang Terhadap Teroris. Bahkan dengan cepat mereka mengatakan “dari semua kemungkinan yang ada, milyuner Osama bin Laden merupakan satu-satunya yang mendekati. Dengan alasan dia memiliki cukup dana, organisasi, serta kenekatan dalam melakukan serangan di beberapa institusi intelijen AS, termasuk peledakan Kedubes AS di Afrika Timur.” Bahkan pada saat itu juga dikemukakan bahwa Intelijen AS menangkap pembicaraan di antara orang-orang yang terlibat dengan Osama dan menyinggung serangan di WTC dan Pentagon. Yang membuatnya lebih menarik lagi adalah pernyataan Presiden Bush yang keseleo dengan menyatakan Amerika Serikat akan melakukan crusades (Perang Salib) melawan Teroris

Reaksi Dunia

‘            Dunia luar segera mengutuk serangan ini. NATO juga dengan segera menyepakati kesepakatan untuk melawan teroris pada tanggal 12 September 2001 sore. Kongres Amerika dengan segera menyetujui proposal anggaran perang untuk menghancurkan teroris yang diajukan oleh pemerintah dan menyediakan dana US$ 40 miliar, serta mempersiapkan 50 ribu tentara cadangan untuk pergi berperang. Presiden Bush dalam pidatonya di depan Kongres, Rabu, 20 September 2001, mendesak dunia untuk mendukungnya menghadapi teroris dunia, “Anda bersama kami atau bersama teroris.” Bush juga mendesak Taliban untuk menyerahkan Osama serta seluruh jaringan pemimpin Al-Qaeda ke Amerika Serikat.

‘            Taliban kemudian menjadi terpojok ketika negara-negara tetangganya berpihak kepada Amerika Serikat. Pakistan, yang adalah lebih dari sekedar sahabat bagi Taliban menyatakan secara resmi dukungannya terhadap AS. Hal ini menyulut demonstrasi di dalam negeri. Cina secara umum mendukung seruan AS untuk beraksi melawan terorisme. Tajikistan juga menjadi basis penting bagi tentara AS. Uzbekistan telah menjadi basis bagi oposisi Taliban yang berbasis di utara. Turkmenistan tidak ingin terlalu terlibat. Iran menjadi salah satu kunci aliansi anti-Taliban karena dendam masa lalunya terhadap Taliban. Negara-negara Arab juga menyatakan dukungannya terhadap Amerika Serikat. OKI (Organisasi Negara Islam) menyatakan bahwa mereka menolak dengan tegas serangan teroris yang menimpa AS, namun aksi balasan tidak boleh mengenai sasaran sipil yang tidak terkait dan tidak boleh pula meluas ke sasaran lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan serangan teroris di AS itu. Alasan ini membuat AS semakin berani melanjutkan rencana serangan mereka ke Afganistan dengan menggunakan peralatan perang mereka dengan tekhnologi tercanggih yang menggunakan sistem satelit sehingga rudal dan bom jarak jauh dapat dikontrol melalui satelit. Hal ini telah membuat Taliban terjepit. Para ulama Afganistan pun mengeluarkan fatwa bagi pemerintah Taliban untuk meminta Osama bin Laden meninggalkan negara itu secara sukarela, permintaan ini kemudian ditolak oleh Taliban.

‘            Namun demonstrasi menentang serangan kepada Taliban juga tidak kalah gencarnya. Warga Pakistan cukup banyak yang menentang kebijakan pemerintahnya yang mendukung AS, dan akhirnya ikut mengangkat senjata melawan AS. Indonesia sendiri diramaikan dengan aksi demonstrasi menentang penyerangan Amerika ke Afganistan. Ribuan demonstran turun ke jalan di berbagai kota di Inggris (Sabtu, 22/9) untuk memprotes ancaman AS untuk melakukan serangan militer ke Afganistan. Aksi ini hanya satu dari gelombang aksi protes anti-peperangan di sejumlah negara di Eropa.

‘            Pada tanggal 7 Oktober 2001 Amerika memulai penyerangannya ke Afganistan para penerbang yang melaksanakan penyerangan itu mengatakan bahwa mereka bangga menjadi bagian dari sebuah misi yang merupakan sebuah pertempuran bagi kebebasan, dan mengatakan bahwa mereka terlatih dan berperlengkapan dengan baik untuk pertempuran itu. Sejak itu telah banyak rakyat Afganistan yang menjadi korban serangan yang “tidak mengenai sasaran”. Dan Osama bin Laden juga menyerukan jihad melawan AS serta bersumpah bahwa AS tidak akan menikmati keamanan sebelum umat Islam menikmati keamanan dan hengkangnya pasukan asing dari Jazirah Al Arab.

Dampak Terhadap Hubungan Islam dan Kristen di Dunia

‘            Benturan diskrimiatif terhadap warga negara keturunan Arab di Amerika segera meningkat setelah kejadian tersebut. Tercatat ada ratusan insiden, mulai dari penghinaan sampai pembunuhan, yang dilakukan terhadap orang-orang yang warna kulit dan rambutnya tampak seperti orang-orang yang ada di Timur Tengah. Bahkan seorang anggota Parlemen lokal di sana sudah menganjurkan dilancarkannya semacam sweeping terhadap “orang-orang bersorban” di jalan-jalan bebas hambatan. Adalah Presiden Bush sendiri yang mengobarkan semangat anti-Islam, tatkala dia memakai kata crusade (perang salib) terhadap terorisme, yang kurang mengindahkan perasaan umat Islam. Yang paling mengejutkan adalah ucapan PM Italia Silvio Berlusconi, yang mengatakan bahwa peradaban Barat lebih unggul daripada peradaban Islam. “Barat harus yakin akan superioritas kebudayaan kita”, dan menyimpulkan bahwa “kebudayaan kita (Barat) lebih unggul daripada kebudayaan Islam.” Meskipun Berlusconi dengan cepat meralat ucapannya, namun hal ini telah menunjukkan bahwa adanya perasaan lebih unggul atas umat Islam.
‘            Paus Yohanes Paulus II hari Minggu (23/9) mengeluarkan imbauan bagi kaum Kristen dan Muslim untuk bekerja sama menghindari perpecahan dan pertumpahan darah lebih lanjut menyusul serangan teroris di AS pada tanggal 11 September 2001. Beliau menyatakan, “Saya mohon pada Tuhan untuk menjaga dunia dalam perdamaian.” Kemudian beliau secara khusus mendoakan AS dan mendesak seluruh pihak yang terkena dampak serangan teror tersebut untuk tetap bertahan dan meningkatkan komitmen pada perdamaian.

‘            Ketika serangan AS terus berlanjut di bulan suci Ramadhan, reaksi umat Islam dengan keras menentang hal ini. Dalam perang AS-Afganistan, Bush mau tidak mau, dihadapkan pada persoalan iman, karena masyarakat yang dihantamnya adalah pemeluk agama Islam yang taat. Jauh sebelum memulai serangannya Bush, yang kemudian ditegaskan oleh sekutunya, PM Blair, sudah menegaskan bahwa serangan yang dilakukannya ke Afganistan bukan peperangan melawan Islam, melainkan peperangan melawan terorisme. Sebagian masyarakat Islam menolak pernyataan Bush dan Blair dan mencurigai pernyataan perang melawan terorisme yang dilontarkan kedua pemimpin bangsa itu dianggap sebagai pembungkus serangan ideologi. Hal ini dikaitkan dengan persoalan Barat yang dituduh anti-Islam, karena Afganistan adalah negara yang berpenduduk mayoritas Islam dan Taliban yang berkuasa menerapkan hukum syariat Islam. Belum lagi kecurigaan umat Islam terhadap orang-orang Yahudi yang diduga mendikte AS untuk mensukseskan tujuannya, menghancurkan Islam.

‘            Pro dan kontra terhadap serangan AS merupakan realitas yang tidak bisa dipungkiri. Orang-orang yang anti-AS berupaya keras menonjol-nonjolkan sesuatu yang dibenci AS. Osama bin Laden yang dibenci AS mendadak dijadikan idola kelompok Islam anti-AS. Gambarnya ditempelkan di mana-mana, ditempelkan di kaus dan dibingkai.

Dampak Terhadap Hubungan Islam dan Kristen di Indonesia
‘            Indonesia, melalui kunjungan Presiden Megawati ke AS, telah sepakat dalam mempererat kerjasama dalam usaha global memerangi terorisme internasional. Namun, kebijakan ini mendapat tantangan dari kelompok Islam garis keras di Indonesia. Aksi-aksi menentang kebijakan AS yang merencanakan aksi militer ke Afganistan berlangsung dengan keras di sejumlah kota di Indonesia. Sebutkanlah kelompok-kelompok seperti FPI (Front Pembela Islam), Hizbuthahrir, HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), HAMMAS (Himpunan Mahasiswa Muslim Antar Kampus), KISDI (Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam), dan gerakan ormas Islam lainnya berdemonstrasi di sejumlah kota. Di Solo, Laskar Jundulah mengancam akan melakukan razia terhadap warga AS di kota itu.Mereka menilai bahwa AS sedang mengelola isu untuk mendiskreditkan umat Islam. Jika tetap dilakukan, maka AS akan mendapat perlawanan bersama dari umat Islam. Selain mengingatkan AS, mereka juga mendesak pemerintahan Megawati untuk tidak terjebak kepada kepentingan AS yang selalu mencurigai umat Islam. Aksi-aksi kelompok ini bahkan sudah menjurus kepada kekerasan. Aksi (atau masih dikatakan isu) sweeping yang marak mengakibatkan pulangnya warga negara AS dan sejumlah warga negara asing lainnya ke negaranya masing-masing.
‘            Boikot terhadap produk Amerika juga sempat dilancarakan oleh kelompok-kelompok ini. Aksi boikot, bahkan kalau bisa dikatakan penutupan secara paksa, dilakukan terhadap beberapa restoran ‘berbau’ Amerika seperti McDonald’s.
‘            Dalam sejumlah acara-acara di radio dan di televisi banyak warga Indonesia yang terus terang mensyukuri serangan teroris tersebut dengan mengatakan itu adalah hukuman dari Allah terhadap kesombongan Amerika. Osama bin Laden kemudian menjadi pahlawan. Kaus-kaus yang bergambarkan Osama, dan juga posternya menjadi sangat laris dijual di Indonesia pada saat ini. Meskipun demikian, banyak juga pihak Islam yang lebih moderat yang mengutuk orang yang mensyukuri kejadian tersebut dan menyatakan turut berdukacita atas kasus WTC tersebut, dan sekaligus menghimbau AS untuk tidak menyerang warga sipil.
‘            Dalam hal ini, pihak Kristen sendiri sepertinya bersikap hati-hati dalam menangani sikap ini. Diamnya orang Kristen bisa menandakan adanya dilema sikap dalam menghadapi masalah ini.

Sebuah Refleksi
‘            Tragedi di New York dan Washington 11 November yang lalu mengantarkan Osama bin Laden dan jaringan Al-Qaedanya sebagai tersangka utama di balik tragedi tersebut, merupakan titik kulminasi dari lika-liku hubungan tegang dan saling curiga antara Washington dan gerakan Islam politik selama lebih dari dua dekade ini.
‘            Pada awal dekade perang dingin, Amerika berhadapan dengan gerakan-gerakan negara Arab yang sangat kental ke-Islamannya. Beberapa bentrokan sempat terjadi di tahun 1973-1980. Pada awal 1981, Ronald Reagan mengubah kebijakannya terhadap Islam politik dan membantu semua gerakan Islam politik untuk menangkal pengaruh komunis blok Uni Sovyet. Namun kemudian di akhir era Ronald Reagan, dengan kalahnya blok komunis, AS memilih berhadapan kembali dengan Islam politik, dimulai dengan menjatuhkan sanksi terhadap Iran.
‘            Peristiwa pengeboman WTC pada tahun 1993 terbongkar adanya aksi dari Islam militan untuk menteror AS karena dukungannya terhadap Israel. Sejak itu citra umat Islam dan Arab mulau buruk di mata warga AS. Faktor Yahudi yang menguasai perekonomian AS menjadi salah satu citra buruk AS di mata Islam politik.
‘            Peristiwa yang terjadi pada tanggal 11 September 2001 di New York, Amerika Serikat – terlepas dari semua sentimen keagamaan – memang harus dikutuk. Semua media massa di dunia terpusat pandangannya kepada apa yang terjadi di New York pada waktu itu. Hingga saat ini berita mengenai perang Amerika melawan Afganistan tetap menjadi topik yang paling laku dijual di Indonesia, setelah berita penangkapan Tommy. Media massa sepertinya menyediakan porsi yang lebih besar bagi rancangan-rancangan serangan, peperangan, dan kekerasan yang lain daripada upaya-upaya mendamaikan suasana.
‘            Secara umum, tragedi 11 September ini hanya berakibat buruk bagi seluruh dunia, dan pada hubungan Islam dan Kristen pada umumnya. Orang lebih cenderung melihat Amerika dengan budaya Baratnya, yang adalah Kristen, kapitalis, penguasa media, dan memiliki uang yang banyak yang ingin menghabiskan Islam, dengan budaya Timurnya, yang ekonominya lemah dan tidak begitu kuat jaringan medianya. Persoalan ini hanyalah puncak dari sebuah pertentangan antara Amerika Serikat dan pihak Islam politik. Saya hanya ingin menegaskan “Hentikan kekerasan, karena kekerasan tidak bisa dipakai untuk mengatasi kekerasan.”

* Tulisan ini adalah paper akhir penulis bagi mata kuliah Sejarah Perjumpaan Kristen dengan Islam Desember 2001, dengan penyesuaian.


EmoticonEmoticon