Panduan Cara Shalat Sesuai Nabi: Duduk Istirahat Setelah Sujud (sebelum bangkit)


Duduk Istirahat

1. Duduk istirahat adalah duduk sejenak ketika hendak bangkit dari satu rakaat ke rakaat berikutnya, yang tidak dipisahkan dengan tasyahud awal.

2. Ada 3 pendapat ulama tentang hukum duduk istirahat ketika shalat
  • Pendapat pertama, duduk istirahat tidak dianjurkan. Ini adalah pendapat mayoritas ulama.
  • Pendapat kedua, duduk istirahat dianjurkan untuk dilakukan secara rutin setiap shalat. Ini adalah pendapat sahabat Malik bin Huwairits, Abu Humaid dan Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhum. Diantara ulama lain yang memilih pendapat ini adalah Imam As-Syafii menurut keterangan yang masyhur dari beliau dan salah satu keterangan Imam Ahmad 
  • Pendapat ketiga, duduk istirahat dianjurkan bagi yang membutuhkan dan tidak dianjurkan bagi yang tidak membutuhkan. Ini merupakan rincian yang dipilih Syaikhul Islam Ibn Taimiyah dan pendapat sebagian ulama kontemporer.(Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, 15/266 – 267)
3. Pendapat ketiga, duduk istirahat dianjurkan bagi yang membutuhkan dan tidak dianjurkan bagi yang tidak membutuhkan. Ini merupakan rincian yang dipilih Syaikhul Islam Ibn Taimiyah dan pendapat sebagian ulama kontemporer.(Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, 15/266 – 267)

4. Cara duduk istirahat sama persis seperti duduk diantara dua sujud, yaitu duduk iftirasy, telapak kaki kiri dibentangkan dan diduduki, sementara telapak kaki kanan ditegakkan.

5. Tidak ada takbir intiqal ketika bangkit dari sujud menuju duduk istirahat. Takbir intiqal baru dilakukan ketika bangkit ke rakaat berikutnya.

6. Tidak ada bacaan apapun ketika duduk istirahat. Hal ini sebagaimana yang ditegaskan Az-Zarkasyi dalam Al-Mantsur fil Qawaid (1/492).

7. Duduk istirahat hanya dilakukan sangat sebentar, dan dilanjutkan bangkit ke rakaat berikutnya.

8. Karena duduk istirahat hukumnya sunah, maka tidak harus dilakukan setiap kali shalat. Ibnu Hani’ dalam Masailnya dari Imam Ahmad mengatakan, “Saya melihat Imam Ahmad terkadang langsung bangkit ke rakaat berikutnya dan terkadang duduk istirahat, kemudian baru bangkit ke rakaat berikutnya.” (Al-Masail 1/57, dinukil dari kitab Sifat Shalat).

Kesalahan ketika duduk istirahat sesudah sujud dan ingin bangkit

1. Tidak melakukan duduk dengan sempurna.
Sebagian kaum muslimin ketika melakukan, mereka tidak duduk secara sempurna. Artinya, ketika masih dalam posisi condong dan belum tegak sempurna, dia sudah bangkit ke rakaat berikutnya. Sikap semacam ini tidak bisa disebut duduk istirahat, meskipun tidak sampai membatalkan shalat.

2. Duduk istirahat terlalu lama
Para ulama yang menganjurkan duduk istirahat menegaskan bahwa duduk ini dilakukan dengan ringan dan tidak lama. Sebagaimana ketarangan An-Nawawi dalam Al-Majmu’.

Makna dan Ketentuan Takbiratul Ihram dalam Shalat

Takbiratul ihram adalah ucapan “ ุงَู„ู„ّู‡ُ ุงَูƒْุจَุฑُ (Allahu Akbar)” atau takbir pertama kali yang dibaca ketika sholat. Takbiratl ihram juga menjadi pembuka dalam sholat yang kita lakukan. Takbiratul ihram itu bukan mengangkat tangannya ketika takbir. Melainkan ucapan takbirnya. Tetapi bukan berarti mengangkat tangan ketika takbiratul ihram dilarang atau tidak diperbolehkan. Bukan begitu. Mengangkat tangan ketika kita takbiratul ihram itu dianjurkan, tetapi tidak diwajibkan. 

Takbiratul ihram atau ucapan takbir disebut juga sebagai “Takbir Taharrum” yang artinya takbir yang mengharamkan.[1] Maksudnya bagaimana? 

Maksudnya yaitu ketika seseorang sudah melakukan takbiratul ihram atau mengucapkan takbir, maka dia diharamkan melakukan hal-hal yang sebelumnya boleh dia lakukan sebelum dia sholat. Kenapa diharamkan? Karena perbuatan atau hal-hal tersebut akan membatalkan sholat ketika kita melakukannya dalam sholat. Sehingga diharamkan untuk melakukannya. Misalnya sebelum sholat dia sempat bergurau dengan adiknya, maka setelah dia melakukan takbiratul ihram gurauan itu tidak boleh dilanjutkan lagi ketika sedang sholat, seperti sengol-senggolan yang disengaja. Itu tidak boleh. Karena dapat membatalkan sholatnya. Ingat kita sholat itu beribadah kepada Allah, Sang Maha Pencipta. Jadi kita harus khusyu’ dan harus bersungguh-sungguh dalam sholat. Jangan malah dibuat main-main seperti senggol-senggolan. Tidak boleh dan itu tidak baik. Oleh karena itu diharamkan melakukan hal-hal yang dapat membatalkan sholat setelah takbiratul ihram supaya kita khusyu’ dan bisa mengecamkan maknanya dalam sholat, bisa bersungguh-sungguh, sehingga sholat kita akan diterima oleh Allah SWT.. 

Tetapi jika takbiratul ihram dilakukan berkali-kali diawal memulai sholat dengan niat memulai sholat untuk masing-masing takbir, karena terkadang merasa ragu atau merasa kurang khusyu’ dan akhirnya diulangi lagi untuk memantapkan hati. Bagaimana dengan hal ini?  

Maka sholatnya tetap dianggap sah, tetapi pada takbir yang pertama (yang ganjil), dan batal atau keluar dari sholat pada takbir yang kedua (yang genap). Maksudnya bagaimana? Maksudnya begini, takbir pertama tadi dia sudah memulai atau memasuki sholat, terus merasa ragu-ragu dan akhirnya melakukan takbir yang kedua. Maka ketika dia melakukan takbir kedua ini berarti dia keluar dari sholatnya atau sholatnya batal. Sebab niat memulai sholat dengan takbir yang kedua itu, dia sudah memutuskan apa yang sudah diniatkan pada takbir yang pertamanya tadi. Jadi dia harus melakukan takbir yang ketiga untuk memulai sholat. Tetapi kita tidak boleh melakukan hal yang sedemikian secara berulang-ulang setiap akan melakukan sholat. Karena itu tidak baik. Dan alangkah baiknya rasa ragu-ragu atau was-was itu dihilangkan. Karena rasa ragu dan was-was tersebut akan menjadikan kita tidak khusyu’ dalam sholat.


Kita mungkin pernah mengalami suatu kejadian ketika sholat, seharusnya kita niat sholat Ashar tetapi lupa malah kita niat sholat Dhuhur. Setelah takbiratul ihram baru kita teringat. Kemudian kita ulangi lagi sholatnya. Maka niat yang pertama tadi dianggap tidak sah dan takbir yang pertama tadi dianggap sebagai dzikir yang tidak ada pengaruhnya apa-apa. Jadi yang dipakai niat sholat yang kedua. Itu yang dianggap sah. 


Karena takbiratul ihram merupakan salah satu rukun dalam sholat, maka takbiratul ihram ini wajib dilakukan baik oleh imam atau makmum pada saat mereka melakukan sholat berjamaah, atau pun bagi seseorang yang melakukan sholat sendirian. Selain itu suara takbir juga wajib dikeraskan sampai terdengar oleh telinga sendiri ketika sholat. Sedangkan untuk mereka yang sholat berjamaah, maka suara takbir imam harus bisa terdengar oleh dirinya dan juga makmum yang ada di belakangnya.

Jika ada seseorang yang tidak mampu berbicara (cacat) dan dia tidak mampu mengucapkan takbiratul ihram dalam bahasa Arab, maka dia boleh menggunakan terjemahannya dengan bahasa apa pun yang ia bisa atau dikehendaki tetapi dia harus tahu bahwa tidak boleh menyebut yang lain. Maksudnya sebutan yang lain itu artinya harus sama dengan arti dari pada kata: “Allahu Akbar” dan tidak boleh artinya menyimpang dari kata “Allahu Akbar”. Karena itu akan merubah arti dan maknanya. 

Al-Mutawalli juga berpendapat yang lalu dipegangi oleh Ulama’ lain: Sebelum takbiratul ihram serta mengangkat tangannya, seyogyanya agar melihat ke tempat bersujud, merundukkan kepalanya lalu mengangkatnya kembali.[2] 

Karena hukumnya sunnah ketika mengangkat tangan, maka jika ada seseorang yang salah satu tangannya sakit dan tidak bisa mengangkat kedua-duanya, diperbolehkan untuk mengangkat satu tangan yang tidak sakit itu. Lalu harus bagaimana keadaan telapak tangan kita ketika kita mengangkat tangan? Apakah hanya sekedar mengangkat tangan saja ketika takbiratul ihram? 

Tidak hanya sekedar mengangkat tangan saja. Tetapi kita juga perlu memerhatikan bagaimana seharusnya keadaan telapak tangan kita ketika kita melakukan takbiratul ihram. Ketika kita mengangkat tangan ketika itu, maka telapak tangan kita harus terbuka dan tidak boleh menggengam. Kalau menggenggam maka makruh hukumnya. Bagaimana posisinya? Yaitu telapak tangan kita diangkat setinggi sejajar pundak kita. Kemudian ujung jari sejajar dengan penthil (putik) daun telinga.[3] Cara seperti ini disunnahkan karena Ittiba’ Rasul. Kemudian setelah mengangkat tangan ketika takbiratul ihram lalu kita bersedakep, maka itu juga disunnahkan dengan cara pergelangan tangan kanan dipegangi oleh pergelangan tangan kiri. Jadi ketika kita melakukan kesunnahan-kesunnahan itu dalam shalat, maka kita akan mendapatkan pahala. Tetapi untuk orang-orang yang sakit dan tidak bisa mengangkat tangan ketika takbiratul ihram, maka tidak apa-apa. Karena itu tidak wajib.

7 Cara Agar Tetap Istiqomah di Jalan Allah

Agama adalah tiang kehidupan dan menjadi pegangan bagi setiap manusia dalam menjalani kehidupannya. Tanpa agama, manusia akan sulit menentukan arah hidupnya dengan jelas. Sebagai umat yang memeluk agama Islam, kita perlu untuk selalu mempertebal dan memupuk keimanan serta keyakinan terhadap ajaran agama agar bisa menjadi pribadi yang istiqomah dalam menjalankan segala perintah agama.
Istiqomah artinya menempuh jalan dalam ajaran agama yang lurus, dan tidak menyimpang ke arah manapun selain menuju arah yang lurus. Ini berarti, istiqomah adalah segala bentuk ketaatan terhadap Allah dan meninggalkan semua larangan – Nya
Keutamaan bersifat istiqomah
Dalam salah satu ayat Al – Qur’an Allah telah berfirman sebagai berikut:
“Sesungguhnya orang – orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): Janganlah kamu merasa takut dan merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat, di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan apa yang kamu minta. Sebagai ganjaran bagimu dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS. Fushshilat 41: 30-32)
Menuju Sikap Istiqomah
Dengan demikian keutamaan bersikap istiqomah dalam beribadah telah ditegaskan dalam Al – Qur’an itu sendiri. Agar bisa mencapai keadaan yang istiqomah dalam beribadah, kita harus memupuknya dengan baik. Lakukanlah langkah – langkah Cara Agar Tetap Istiqomah seperti berikut ini:
1. Memperdalam pemahaman mengenai dua kalimat syahadat
Dua kalimat syahadat adalah ikrar seseorang yang memeluk keyakinan agama Islam. Ini adalah cara kita sebagai umat Islam untuk mengamalkan rukun Islam yang pertama, yaitu ketika mengucap kalimat syahadat berarti kita bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan – Nya. Maka dengan mengucapkan kalimat itu kita berjanji tidak akan menyembah yang lain selain Allah SWT, taat kepada ajaran Allah serta Nabi Muhammad SAW.
2. Memperdalam pengetahuan mengenai Al Qur’an
Salah satu alasan kitab suci umat Islam ini diturunkan adalah untuk memperteguh keyakinan orang – orang yang sudah beriman dengan menjadi petunjuk bagi kehidupan mereka. Sebagaimana tercantum dalam salah satu surat yaitu:
“Katakanlah: Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur’an itu dari Rabb-mu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang – orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang – orang yang berserah diri (kepada Allah).” (Surat An – Nahl : 102)
Kurangnya sifat istiqomah seseorang dalam agama Islam biasanya disebabkan karena mereka kurang memperdalam pengetahuan tentang kitab suci ini dan lebih banyak tercebur dalam kehidupan yang diluar agama. Perbanyaklah waktu untuk mempelajari isi Al Qur’an agar ilmu agama semakin kaya dan menjadikannya sebagai tuntunan hidup agar bisa tetap istiqomah dalam beribadah. Salah satu manfaat mempelajari Al Qur’an dengan benar adalah kita jadi mengetahui adab terhadap orang tua yang benar, cara mengabdi kepada suami menurut Islam, dan kedudukan serta peran wanita dalam Islam.
3. Mulai belajar istiqomah dengan beramal
Untuk menjadi seseorang yang bersifat istiqomah dalam beragama, bisa dimulai dari hal – hal yang mendasar terlebih dulu seperti belajar untuk beramal shaleh. Membiasakan diri beramal seperti bersedekah walaupun sedikit adalah langkah awal yang bagus menuju pribadi yang istiqomah. Begitu juga dengan menjalankan shalat sunat, membantu sesama umat Muslim yang sedang dalam kesulitan, mengembangkan ciri – ciri teman yang baik dan tulus pada diri sendiri dan lain – lain. Hal – hal ini adalah cara menjadi pribadi yang baik bagi kita. Kelak amalan – amalan ini dapat ditingkatkan menjadi semakin besar lagi manfaatnya. Beramal juga bisa menjadi cara menghilangkan sifat egois seseorang.
4. Banyak berdoa
Tidak hanya berusaha melakukan berbagai hal agar bisa menjadi pribadi yang istiqomah dalam beragama, doa juga tidak kalah penting. Selalu berdoa agar tetap diberikan petunjuk dalam jalan yang benar akan memperkuat keyakinan terhadap Allah SWT dan ajaran – Nya. Untuk menjadi orang yang selalu tekun beribadah mungkin perlu ada cara merubah sifatyang buruk menjadi lebih baik. Berdoalah agar selalu bisa menjalankan perintah – Nya dan menjauhi semua larangan – Nya. Selalu memanjatkan doa dan meminta petunjuk bisa menjadi cara bersikap sabar dan cara bersikap tenang saat sedang ditimpa masalah.
5. Sering bercermin kepada kisah – kisah Islami
Telah banyak kisah – kisah teladan dalam Islam yang menunjukkan keberanian, kesabaran dan keteguhan hati para tokohnya. Misalnya kisah anak berbakti kepada orang tua dan cerita anak durhaka kepada ibunya yang menggambarkan keutamaan berbakti kepada orang tua yang bisa kita ambil hikmahnya. Dengan mengambil hikmah dari setiap cerita yang kita ketahui, akan dapat menambah keyakinan dan keimanan dalam beragama, serta akan menjadi jalan menjadi pribadi yang istiqomah. Melalui kisah – kisah ini juga kita akan dapat menjadi yakin akan adanya balasan bagi setiap perbuatan dan niat yang baik.


6. Mencari kawan yang sejalan
Meningkatkan pribadi menjadi istiqomah bisa dimulai dari menempatkan diri pada lingkungan yang dipenuhi orang – orang yang bertujuan sama. Orang – orang yang saleh dan mempunyai ciri – ciri orang baik hati adalah tempat yang baik bagi kita untuk mengembangkan sifat istiqomah dalam beragama. Seperti tercantum dalam ayat – ayat berikut ini:
“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang – orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka.” (QS. Hud (12) : 113)
“Hai orang – orang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang – orang yang benar.”(QS. At – Taubah 119)
Bergaul dengan orang – orang soleh akan bisa mendorong motivasi kita untuk selalu berusaha istiqomah dalam beragama dan menjadi cara merubah diri menjadi lebih baik. Kita memerlukan teman yang bisa saling mengingatkan dalam kebaikan dan bukannya keburukan.
7. Bersikap konsisten dalam beribadah
Amalan yang disukai Allah adalah amalan yang dilakukan secara terus menerus dan berlanjut daripada amalan yang dilakukan secara tanggung atau tidak berkelanjutan. Hal ini tercantum dalam salah satu hadits dari Aisyah RA yaitu:
“Amalan yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah amalan yang berkelanjutan walaupun itu hanya sedikit.”
Walaupun sedikit, amalan yang rutin dilakukan lebih baik daripada yang cuma dilakukan sekali – sekali saja. Amalan yang dilakukan secara berkelanjutan akan menjadi ladang pahala dan menjadi perantara dalam mendekatkan diri kepada Allah, juga akan memperbesar ketaatan terhadap segala perintah Allah.
Tujuan hidup menurut Islam adalah untuk beribadah kepada Allah. Bersikap istiqomah dalam beribadah bisa memperbesar peluang untuk mendapatkan pahala, mendekatkan diri kepada Allah dan masuk surga. Karena itulah kita sebagai pemeluk agama Islam perlu memupuknya agar dalam diri kita tumbuh sifat yang istiqomah dan menjadi pribadi yang taat beragama dan beribadah kepada Allah.