Kenapa Harus Berhijrah?

Pada bulan ini yaitu Muharram, yang mana bulan awal dari tahun baru hijriah, yaitu dihitung semenjak Rasulullah SAW berhijrah dari Mekah ke Madinah. Kalender Hijriah ini mulai ditetapkan yaitu semenjak kepemimpinan Khalifah Umar Bin Khattab.

Pada bulan ini juga, selain disebut sebagai tahun baru Islam, juga di sebut sebagai tahun Hijrah karena bertepatan dengan hijrahnya Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya dari Mekah menuju ke Madinah.

Hijrah secara bahasa umum yaitu berpindah dari suatu tempat ket empat yang lain. Hijrah terbagi menjadi dua, hijrah makkani dan hijrah ma’nawi. Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan segala larangan Allah SWT.” (HR. Bukhari]

Dalam konteks sekarang ini, pemaknaan hijrah tentu bukan selalu indentik dengan meninggalkan kampung halaman seperti yang dilakukan Rasulullah dan para sahabatnya, tetapi pemaknaan hijrah lebih kepada nilai-nilai dan spirit berhijrah itu sendiri. Ini karena hijrah dalam arti seperti ini tidak akan pernah berhenti sampai kapan pun.

Lalu apa hikmah berhijrah itu sendiri?

Pertama: menjaga keimanan, artinya bahwa di saat keimanan kita terancam oleh tekanan-tekanan luar maka kita harus berhijrah untuk menyelamatkan keimanan tersebut. Seperti yang dilakukan Rasulullah SAW, ketika saat itu situasi Mekah tidak lagi memungkinkan untuk berdakwah dan menjaga keimanan maka beliau berhijrah demi menjaga keimanan tersebut.

Kedua: hijrah mengandung rasa persaudaraan yang tinggi, seperti yang telah dicontohkan Rasulullah SAW ketika mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshor. Bahkan beliau telah membina hubungan baik dengan beberapa kelompok yahudi yang hidup di Madinah pada saat itu.

Ketiga: mengandung spirit perjuangan yang tinggi, yaitu semangat berhijrah dari hal-hal yang buruk ke yang lebih baik, dari yang sudah baik menuju ke yang lebih baik lagi. Dan ketika para sahabat Rasulullah SAW rela meninggalkan harta bendanya demi untuk menjaga aqidah yang lurus dari kecaman orang-orang kafir Quraisy.

Dengan demikian hijrah secara maknawi akan terus terjadi sampai kapan pun. Bahwa nilai dan semangat hijrah harus kita bawa dan kita implimentasikan dalam kehidupan kita sehari-hari, kita pada saat ini memang tidak lagi hijrah tempat, akan tetapi kita harus selalu berhijrah dari perbuatan-perbuatan yang maksiat, yang bathil menuju perbuatan yang diridhoi oleh Allah SWT yaitu jalan yang lurus.

Mudahan kita selalu diberi kekuatan oleh Allah SWT untuk selalu berbuat yang terbaik dan selalu menjaga spirit berhijrah untuk melakukan amal ma’ruf dan nahi mungkar sehingga terwuudnya peradaban Islam di Negara kita yang tercinta ini.

Waallahua’lam. []

Kenapa Mereka Sangat Benci FPI ?

Heran saya, setiap ada berita tentang FPI maka di kolom komentar bermunculanlah orang-orang yang begitu bencinya terhadap FPI. Dan mereka ini tidak sedikit jumlahnya. Saya bertanya-tanya dalam hati, dan akhirnya saya tuangkan ke dalam tulisan ini, kenapa sih mereka begitu bencinya terhadap FPI?

Apa mereka pernah kena pukul FPI? Lha berarti ahli maksiat dong kalau kena pukul FPI. Apa saudaranya ada yang kena grebek FPI? Lha berarti saudaranya bandar miras dong sampai kena grebek FPI. Apa artis pujaannya ga bisa datang ke Jakarta gara-gara di demo FPI? Lha berarti mereka lebih mencintai artis ga berakhlak pengumbar aurat dong daripada ajaran Islam untuk menutup aurat.

Coba bayangkan, apakah Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam, shahabat radhiyallahu 'anhum, dan ulama-ulama madzab seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii, Imam Ahmad rahimahullah, jika melihat lokalisasi dibubarkan, mereka senang apa marah? Jika bandar-bandar, pabrik-pabrik miras dihancurkan, mereka senang atau marah?

Nah kalau sekarang Setan dan bala tentaranya, kalau lokalisasi, pabrik miras itu pada dihancurkan, mereka senang atau marah. Lha kalau sekarang mereka yang manusia dan beragama lha koq marah ketika lokalisasi dan pbrik miras padha dihancurkan?

Ada yang bilang FPI main hakim sendiri. Ada yang bilang itu di situ ada lokalisasi koq ga ditutup, ga konsisten, dst. Maka ini sebenarnya gara-gara pengaruh media yang hanya memberitakan pas FPI aksi.

Saya bukan FPI tapi saya mencoba fair menjelaskan berdasarkan pemaparan FPI sendiri. Sebelum FPI sampai beraksi ada beberapa tahap yang dilakukan (kurang lebih):

Pertama, adalah laporan dari masyarakan di sekitar tkp yang resah dengan adanya maksiat di sekitarnya. Kenapa menunggu laporan, karena mencegah konflik horizontal. Jadi kalau ada tempat maksiat ga digrebek, ya itu karena warga sekitar situ tidak melaporkan atau tidak terganggu atau bahkan bisa jadi membela tempat maksiat tsb, maka nya tanpa laporan tidak diapa-apakan, karena menghindari konflik.

Kedua, setelah ada laporan maka FPI mengumpulkan bukti, foto-foto dsb, bukan untuk langsung ditindak, tapi untuk DILAPORKAN KE POLISI/PIHAK BERWENANG LAINNYA supaya pihak yang berwenang yang menindak, karena ini sudah membuat resah masyarakat (lihat poin pertama).

Ketiga, kalau setelah dilaporkan dan diingatkan berkali-kali PIHAK BERWENANG TIDAK MENINDAK, maka baru FPI yang terjun langsung, itu pun juga dengan laporan/sepengetahuan PIHAK BERWENANG, yang entah karena apa mereka tidak bisa menindak, sehingga membiarkan FPI yang membubarkan.

Demikianlah secara garis besar, jadi ketika ada tempat maksiat ditindak FPI maka pada dasarkan tempat maksiat itu meresahkan warga disekitarnya (kalau tidak ya FPI tidak menindak menghindari konflik horizontal). Selain itu berarti PIHAK BERWENANG TIDAK MELAKUKAN KEWAJIBANNYA, karena kalau mereka melakukan kewajibannya, setelah dilaporkan oleh FPI mereka tindak dengan benar maksiat-maksiat yang meresahkan masyarakat tersebut, tentunya FPI tidak turun tangan.

Namun disayangkan, media mainstream HANYA MELAPORKAN WAKTU TINDAKAN. Meraka TIDAK MENYOROT bahwa masyarakat sekitar terganggu dengan maksiat tersebut dan mereka tidak memaparkan bahwa PIHAK BERWEANG TIDAK BERTINDAK.

Maka coba kita evaluasi, mengapa kita harus membenci FPI? *Bukan anggota FPI, tidak setuju dengan beberapa tindakan FPI, tapi tidak benci FPI.